Sabtu, 29 Desember 2012

Jalur Bus Way Perlu Dibalik

Tak terasa, Trans Jakarta sudah beroperasi lebih dari 5 (lima) tahun. Selama itu pula moda angkutan kota itu memberikan manfaat bagi warga kota Jakarta, terutama untuk mendapatkan transportasi yang murah, cepat dan nyaman.
Namun manfaat tersebut tidak maksimal, karena berbagai hal, antara lain;
1. Jumlah bus masih kurang, sehingga penumpang lama menunggu dan bus sering berjejal.
2. Belum semua wilayah terjangkau, sehingga tidak semua tujuan terlayani.
3. Sistem ini terlalu dipaksakan, karena jalur yang digunakan sebenarnya banyak yang sempit.
4. Jalur bus way sering tidak steril, sehingga perjalanan bus sering terhambat.
5. Feeder bus yang belum terintegrasi dengan baik.
6. Halte yang ada kurang nyaman dan kurang bersih.
7. Dan lain-lain.

Pada awal beroperasinya, penulis sering memanfaatkan untuk perjalanan dari dekat Masjid Al Azhar menuju Harmoni, ketika sering membantu Komisi Pemberantasan Korupsi, sementara penulis masih bertugas di Departemen (sekarang Kementerian) Pekerjaan Umum.
Lumayan, ketika banyak kendaraan mengalami kemacetan, Trans Jakarta tanpa halangan melaju dengan cepat. Satu tahun terakhir penulis kadang-kadang menggunakannya dari dekat gedung Smesco (UKM) di sekitar Pancoran menuju Tamini Square.
Sekarang sudah jauh dari nyaman, karena alasan tersebut diatas.

Pihak pengelola dibantu Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah berusaha mengosongkan jalur bus way, tetapi sia-sia, berbagai kendaraan menyerobot dengan seenaknya.
Apalagi jumlah busnya masih sedikit, sehingga jalur bus way sering lowong, sementara jalan umum di sebelahnya padat dan macet, sehingga "maklum" kalau banyak yang menyerobot.  

Agar efektif dan efisien, penulis mengusulkan kepada Gubernur DKI yang baru, untuk merubah arah bus Trans Jakarta menjadi terbalik, artinya berlawanan arah dengan kendaraan lain di sebelahnya.
Bisa dipastikan tidak akan ada kendaraan yang menyerobot.
Apakah tidak membahayakan? Lho jalur bus way kan khusus untuk Trans Jakarta, sehingga tidak diperboleh kendaraan selain Trans Jakarta melaluinya. Kalau ada ada yang nekat dan celaka, ya salahnya sendiri.

Cara ini nyaris tanpa biaya dan tidak perlu repot-repot mengerahkan banyak petugas untuk menjaga jalur bus way, sehingga anggaran yang ada bisa di fokuskan untuk menambah armada Trans Jakarta, dan perbaikan lainnya.