Sabtu, 17 Agustus 2013

STOP DAN CUKUP SAMPAI DISINI


Melengkapi tulisan saya jaringan sosial facebook, maka berikut ini akan kita bahas kembali tentang kata kunci cukup atau stop. 

CUKUP atau STOP, ini kata kunci untuk menjelaskan mengapa banyak kasus yang membuat kita kaget. Termasuk nasib Soeharto yang berkuasa puluhan tahun akhirnya jatuh juga. Kalau pada sidang MPR bulan Maret 1998 dia bilang stop atau cukup sudah jadi presiden, maka dia akan jadi pensiunan presiden yang terhormat. Kalau mereka yang selingkuh memilih cukup dan stop kemudian bertobat nasuha, maka aibnya dengan ijin Allah tidak dibukakan ke umum. Kalau mereka pernah korupsi, lalu insyaf dan bertekad untuk berhenti meskipun penghasilan yang diperoleh masih pas-pasan, maka dia tidak tertarik dengan uang milyaran yang menyebabkan ditangkap KPK. Kalau para ahli hisap menyatakan stop merokok, maka mereka akan terhindar dari bahaya kanker paru2. 

Manusia tidak ada yang sempurna, kecuali mungkin Rasulullah, bahkan nabi Adam pun pernah tergelincir, sehingga dihukum dengan dikirim kedunia. Karena itu kita tidak perlu terkaget-kaget mengetahui kejadian yang sebenarnya memang mengagetkan yang dialami oleh keluarga, teman atau atasan atau siapapun. Yang perlu dilakukan adalah istifar dan berdo'a agar kita tidakmengalaminya dan menjadikan kejadia tersebut sebagai pembelajaran. 
Betapa sulitnya memutuskan untuk stop atau cukup, tentunya bisa dimaklumi oleh semua orang. 
Ketika sedang ketemu makanan favorit yang enak dan sudah lama nggak ketemu, tetapi sekarang sudah masuk daftar diet, tentu sulit. Para pecandu narkoba, mungkin bahkan tidak mengenal lagi kata cukup atau stop, sehingga harus dibantu atau dipaksa. 

Mengingat semua godaan yang disponsori oleh syaitan itu di negeri sudah diatas angin, maka perlu upaya luar biasa untuk memeranginya. Yang pertama adalah adanya sistem yang baik dan kuat, untuk setiap kegiatan atau proses.  Yang kedua adalah penegakan hukum yang didukung oleh aparat yang bersih dan tidak pndang bulu. Kemudian yang terakhir adalah moral yang dibarengi dengan etika yang dilengkapi dengan sanksi moral. Bangsa Indonesia yang pada dasarnya adalah bangsa religius, sehingga tidak sulit untuk mencapai hal tersebut. Sumber daya manusia di negeri ini juga tidak kalah dengan bangsa lain, buktinya, sering menang di berbagai olimpiade ilmu pengetahuan. Dan sumber daya alam kita cukup kaya, sehingga memungkinkan Indonesia menjadi negara yang makmur. 

Masih dalam suasana Idul Fitri 1434 H dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indeonesia yang ke 68, marilah kita perbarui tekad kita untuk mewujudkan negara yang adil, makmur, maju dan bangsa yang bermartabat, yang disegani oleh bangsa-bangsa didunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar